Pages

Senin, 07 Maret 2011

MEMAKNAI ‘HATI MATAHARI’ (Sebuah Jejak yang Tertinggal dari Konser Novia Kolopaking dan Kyai Kanjeng)



Malang, 6 Maret 2011

Fantastis! Segala pujian hanya pantas untuk-Nya. Ketika nalar sudah tak lagi mampu menjangkau, Dia (lagi-lagi) menunjukkan kuasa atas makhluk-Nya. Rasa pesimis pun singgah dari otak. Ribuan pasang mata menjadi saksi atas cerita ini, konser Novia Kolopaking dan Kyai Kanjeng.

Konser dibuka dengan lantunan bait indah Naya Haya Obal Ampak. Tiada ruang terang yang tersisa, hanya wujud putri kecil itu yang terlihat. Semua sorot mata penonton hanya tertuju pada putri cantik pasangan Emha Ainun Najib dengan Novia Kolopaking ini. Suara emasnya seolah menyihir penonton dalam keheningan.

Novia merespon suara Haya, putrinya tercinta. Sontak, hempasan tepuk tangan dari para penonoton menyertai iringan langkah Novia ke atas panggung. Maha Suci Bagi-Nya, suara Novia sungguh indah.  Setiap lantunan lagunya (bahkan sampai) merasuk ke dalam hati tanpa permisi.

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara yang tiada tara adalah keluarga

Sedikit bait dari kecantikan suara Novia telah meletakkan “keluarga” sebagai pondasi awal kehidupan. Mulai dari ‘kyai’ hingga ‘pencuri’, semua membutuhkan keluarga. Keluarga adalah puncak segala-galanya. Bumi akan tetap dalam bentuknya manakala masih ada manusia yang mencintai keluarganya.

Hati Matahari dan Dua Gerhana

Konser Hati Matahari memang bukan produk ilmuan atau pelaku kebatinan, melainkan sekumpulan manusia yang mengutamakan hati dan perasaan, di samping penggunaan akal dan rasionalitas. Konser Novia-Kyai Kanjeng hanya mengambil satu dimensi dari ketidaksanggupan matahari menyembunyikan sakit hatinya.

Matahari memancarkan sinar ke bumi. Rembulan memantulkan sinar matahari ke bumi. Namun pancaran sinar matahari terkadang tertutup oleh rembulan. Rembulan ‘korupsi’. Dia telah mengambil cahaya matahari untuk diri rembulan sendiri. Sementara hak bumi mendapatkan sinar matahari tertutup oleh rembulan. Bumi dalam kegelapan.

Di saat yang berbeda, ada inisiatif dan kreativitas dari rembulan untuk mengolah pantulan cahaya matahari, namun bumi justru menutupi sendiri cahaya matahari. Dia telah memandulkan fungsi pantulan rembulan. Bumi dalam kegelapan.

Matahari adalah segala sumber dari segala yang dibutuhkan manusia. Rembulan adalah segala sesuatu yang memantulkan anugerah matahari kepada manusia di bumi. Sedangkan bumi adalah yang menikmati anugerah (manusia). Namun yang terjadi adalah dua gerhana, sehingga kesejahteraan tak sampai kepada yang berhak menikmatinya.

Dalam dimensi lain, matahari adalah Tuhan. Dia memiliki sumber cahaya yang dibutuhkan manusia. Pemerintah adalah rembulan, yang ditugasi dan diupah untuk mengolah cahaya Tuhan untuk dipantulkan ke bumi (rakyat).

Sesungguhnya, tatkala seorang penyanyi melantunkan lagu, yang dia lakukan adalah memantulkan cahaya keindahan, yang diterima dari Maha Sumbernya, kemudian ditaburkan kepada semua orang.

Begitupun semua pekerjaan manusia; ilmuan, dokter, dosen, hingga tukang becak sekalipun, tak lain yang dikerjakannya adalah menyalurkan berkah cahaya Tuhan untuk diberikan kepada sekitarnya.

Matahari, rembulan, dan bumi seharusnya ber-satu hati.

Sebuah refleksi dari konser ‘Hati Matahari’

Hall Kartika Graha Malang, 5 Maret 2011

0 komentar: